SIAPAKAH YANG PANTAS
UNTUK NKRI?
Pengetahuan mengenai dinamika
perpolitikan di negeri kita saat ini seperti menjadi kewajiban bagi mahasiswa. Kita
semua mengetahui catur perpolitikan nusantara
belumlah usai, masih ada pemilihan sang penguasa tertinggi dalam sebuah
negara yaitu presiden. Pemilu presiden sudah dua kali dilakukan, tahun 2004 dan
tahun 2009 terdapat 4 sampai 5 calon presiden. Tahun ini sungguhlah berbeda,
terjadi head to head dalam pesta demokrasi. Masyarakat Indonesia dihadapkan
pada dua anak bangsa saja yang mencalonkan diri sebagai presiden Republik Indonesia
periode 2014-2019. Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dua figur yang tentunya
tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Keduanya memilki karakter
yang sangat berbeda, Jokowi terlihat
begitu lembut dan Prabowo begitu tegas. Perbedaan tersebut memang tidak aneh
karena latar belakang keduanya jauh berbeda. Tapi apakah anda tahu siapa
sebenarnya kedua calon tersebut? Perlu kita pahami bersama bahwa saat ini media
televisi bukan lagi sebagai sumber utama kebenaran dalam suatu hal. Kita tidak
bisa mempercayai sepenuhnya tentang berita yang dibawakan oleh stasiun televisi
apapun tanpa mengkajinya lebih dalam. Beberapa Minggu lalu, kita menyaksikan di
salah satu berita metro tv yang mengatakan bahwa pasca pencapresan Joko Widodo,
rupiah semakin menguat. Secara logika bahkan secara teori ekonomi pun, hal ini
tidak masuk akal karena tidak akan ada kausalitas antara pencapresan dengan
rupiah dan hanya dilebih-lebihkan saja oleh metro tv selaku pendukung Joko
Widodo.
Pemilu presiden harus kita tanggapi
dengan penuh keseriusan. Kesalahan dalam memilih calon dapat berakibat fatal
bagi negeri ini hingga 5 tahun lamanya. Semakin mendekati pemilihan calon
presiden, media pendukung Jokowi(Metro TV & RCTI) tiada hentinya
memberitakan tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Prabowo. Tapi apakah
benar Prabowo adalah dalang di balik peristiwa Mei 98? Kenapa baru akhir-akhir
ini berita tersebut? Ketika Prabowo menjadi cawapres dari Megawati tidak ada berita
tentang hal ini sedikitpun. Ini adalah murni kepentingan politik. Terlalu
panjang apabila harus dijelaskan dalam tulisan sederhana ini. Sudah menumpuk
berbagai macam buku, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang membuktikan
Prabowo bukanlah dalang dari peristiwa tersebut melainkan Wiranto lah dalang
dari peristiwa Mei 98. Sebaiknya
umat Islam tidak gampang terprovokasi tentang gencarnya pemberitaan yang
menyudutkan Prabowo. Bagaimanapun ada peran besar Prabowo saat militer
Indonesia cenderung anti-Islam. Prabowo adalah
prajurit yang secara terbuka berani berhadapan dengan faksi militer yang fasis
dan anti Islam, di saat pasukan Benny Moerdani tengah kuat-kuatnya.
Siapa Jokowi sebenarnya? Selama ini
rakyat mengenalnya sebagai salah satu dari 3 walikota terbaik dunia. Tapi apakah
anda tahu bahwa ini hanyalah rencana panjang dari Amerika melalui Stan
Greenberg? Dia adalah ahli polling Amerika Serikat dan konsultan politik ternama dunia. Bagaimana bisa seorang Walikota Solo tiba-tiba
terkenal di seluruh dunia jika tanpa ada Ahli Pencitraan Dunia yg terlibat?
Sementara Gubernur berprestasi saja seperti Awang Faruq atau Ali Sadikin
tak pernah mendunia. Stan Greenberg menjadi Ketua Tim Pencitraan Jokowi atas
permintaan James Riady(pimpinan etnis Tionghoa & Kristen Presbyterian).
Semua pemberitaan positif tentang Jokowi di dalam dan luar negeri dan
penilaian-penilaian lembaga survey tentang elektabilitas Jokowi adalah karya
Greenberg. Rencana panjang ini semakin terlihat ketika
menteri luar negeri datang ke Indonesia pasca ditetapkannya Jokowi sebagai
capres oleh PDI-P. Dia mendukung sepenuhnya pencapresan Jokowi dan mengatakan
bahwa dia tidak mau mendukung capres yang melanggar HAM (padahal belum
terbukti). Lebih mengejutkan lagi 7 dubes dan 7 konglomerat Tionghoa ikut juga
mendukung Jokowi yang tentunya mereka semua mempunyai tujuan yang buruk untuk
NKRI. Apabila melihat fenomena seperti ini, penulis teringat dengan apa yang
dikatakan oleh Soekarno dalam pidatonya “Ingatlah...
ingat pesanku lagi... jika kau mencari pemimpin, carilah pemimpin yang dibenci,
ditakuti atau dicaci maki oleh asing, karena
itu yang benar. Pemimpin tersebut akan membelamu diatas kepentingan asing itu.
Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuji asing, karena ia akan
memperdayaimu.”
Pada tanggal 23 Maret 2014, Jusuf Kalla(saat ini menjadi cawapres
Jokowi) pernah mengatakan kepada salah satu media tentang Jokowi "Jangan berpikir dulu jadi presiden. Karena
masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan.
Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya
sukses”. apakah semua masyarakat ingat kata-kata ini
sekarang? Atau mungkin sudah teracuni oleh penyakit PDIP (Penurunan Daya Ingat
& Pendengaran). Begitu ironis ketika calon pemimpin yang seperti ini kita
pilih. Koalisi partai pendukung Jokowi adalah penghianat. PKB menghianati Rhoma
Irama yang pada awalnya berjanji akan selalu mendengarkan nasehat dari Rhoma.
Surya Paloh pernah berjanji bahwa Nasdem tidak akan jadi partai. Wiranto juga
menghianati rakyat sebagai penanggungjawab utama peristiwa Mei 98 karena pada
saat itu dialah menhankam. Jokowi sendiri telah menghianati warga Jakarta
padahal dalam salah satu janji politiknya pada saat pelantikan, dia mengatakan
tidak akan menjadi kutu loncat dalam pencapresan 2014 dan siap mengabdi selama
5 tahun di DKI dalam keadaan apapun, lebih parahnya lagi dia menjadikan JK
sebagai wapresnya tidak lain bertujuan memecahkan suara umat muslim karena JK
memiliki islamic credential yang tinggi yaitu HMI(Himpunan Mahasiswa Islam). Selanjutnya,
apakah anda kenal Hendropriyono? Dia akan dijadikan sebagai menkopolhukam yang
berhak atas keputusan hukum, politik dan keamanan. Dia juga membina JIL(Jaringan Islam Liberal).
Apabila ini terjadi maka telah jelas akibatnya Jaringan Islam Liberal,
Syiah, Ahmadiyah dan sepilis lainnya akan makin berani menginjak ajaran Islam
termasuk kita sebagai penganutnya. Hal ini sudah terbukti pada tanggal 9 September 2001 di Amerika, kepala BIN pada waktu itu
adalah dirinya dan hari itu juga mulailah dicanangkan perang kepada kaum
Islamis atas nama perang terorisme.
Kehancuran
Islam akan semakin sempurna nantinya. Pihak PDI-P secara tegas telah
mencanangkan bahwa Jalaluddin Rakhmat akan menjadi menteri agama apabila Jokowi
menjad presiden. Anda tahu siapa Jalaluddin Rakhmat? Dia adalah pimpinan dari
Ahlul Bait yang murni mengajarkan Syiah. Apakah anda mau peristiwa di tanah
Suriah terjadi juga di Indonesia? Umat muslim dibantai secara membabi buta oleh
kaum Syiah. Selain hal tersebut, tentunya sudah diketahui bersama jika Jokowi
menjadi presiden, maka dia menyerahkan jabatan Gubernur kepada Basuki(Ahok).
Saudaraku, alangkah pahit dan menyedihkan apabila negara mayoritas muslim
terbesar di dunia, ibukotanya dipimpin oleh orang non-muslim. Sepertinya ini
akan menjadi pukulan telak untuk saudara kita di Tanah Palestina, Suriah dan
Mesir yang menaruh harapan besar kepada umat muslim di Indonesia untuk bangkit
dalam kemunduran umat muslim ini. Meskipun Prabowo bukanlah yang sempurna, tapi
setidaknya dialah satu-satunya pilihan demi keselamatan umat muslim di
Indonesia, negeri kita tercinta. Dia satu-satunya calon presiden yang berani membenci
asing yang sampai saat ini masih menjajah kita dalam segala aspek terutama
aspek ekonomi. Freeport 99% murni dikuasai asing, migas yang dalam perhitungan
dapat menghasilkan 5 juta/kepala keluarga per tahun se-Indonesia juga tak luput
dari asing, sumber daya laut diperkirakan memiliki penghasilan hingga 1.456
triliun tapi kini rakyat tak merasakannya. Ini bukan kampanye saudaraku, ini
murni kepentingan dakwah demi agama dan sang saka merah putih. Di saat Muhammadiyah,
Salafi, Persis, Wahdah, Jama’ah Tabligh, mayoritas NU dan ratusan pesantren
telah berada dalam satu langkah untuk menyelamatkan umat muslim di tanah air
tercinta, mengapa kita masih terdiam menutup mata tak mau melihat kenyataan
kemunduran umat muslim dan menutup telinga tak mau mendengar keterbelakangan
umat? Sadarilah negara kita layaknya diambang
pintu kehancuran, sadarilah negeri kita krisis dalam segala hal. Tentunya jika
Islam berkuasa tidak akan terjadi hal seperti ini tapi jangan berfikir
untuk tetap golput dengan alasan percuma atau alasan konyol lainnya yang
kemudian menggiring kita menjadi insan yang hanya mampu mengkritik pemimpin
tanpa ada kepastian solusi malah semakin memperburuk keadaan ummat. Jadilah
pemain bukan penonton yang kritis tapi
tidak solutif dan no action. Sikap fatal tersebut haruslah segera disadari
oleh kita yang masih tak mau peduli terhadap kemajuan negeri dan agama. Mari
peduli terhadap agama & negara kita!!!!
Terakhir, tulisan diatas bukanlah
fiktif belaka yang dikarang untuk membodohi ummat, ini merupakan jembatan
penyelamatan Islam kedepannya dan ini tidak lain untuk kita semua selaku rakyat
dalam naungan bumi pertiwi. Selain itu, tulisan ini menggunakan asas fikriyah dalam kaidah fiqh yang berdasarkan
pada apa yang telah dijelaskan dalam kitab Riyadhus Shalihin, bab ghibah, imam An-Nawawi menyebutkan kriteria
ghibah yang dibolehkan, salah satunya yaitu "Mengingatkan
kaum muslimin dari suatu keburukan dan memberikan nasehat kepada mereka (agar
tidak terjerumus pada keburukan tersebut)"
Wallahua’lam...
#Akh Dj
Wallahua’lam...
#Akh Dj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar