Minggu, 15 Juni 2014

Prabowo Presidenku

SIAPAKAH YANG PANTAS UNTUK NKRI?
          Pengetahuan mengenai dinamika perpolitikan di negeri kita saat ini seperti menjadi kewajiban bagi mahasiswa. Kita semua mengetahui catur perpolitikan nusantara  belumlah usai, masih ada pemilihan sang penguasa tertinggi dalam sebuah negara yaitu presiden. Pemilu presiden sudah dua kali dilakukan, tahun 2004 dan tahun 2009 terdapat 4 sampai 5 calon presiden. Tahun ini sungguhlah berbeda, terjadi head to head dalam pesta demokrasi. Masyarakat Indonesia dihadapkan pada dua anak bangsa saja yang mencalonkan diri sebagai presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dua figur yang tentunya tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Keduanya memilki karakter yang sangat berbeda, Jokowi terlihat begitu lembut dan Prabowo begitu tegas. Perbedaan tersebut memang tidak aneh karena latar belakang keduanya jauh berbeda. Tapi apakah anda tahu siapa sebenarnya kedua calon tersebut? Perlu kita pahami bersama bahwa saat ini media televisi bukan lagi sebagai sumber utama kebenaran dalam suatu hal. Kita tidak bisa mempercayai sepenuhnya tentang berita yang dibawakan oleh stasiun televisi apapun tanpa mengkajinya lebih dalam. Beberapa Minggu lalu, kita menyaksikan di salah satu berita metro tv yang mengatakan bahwa pasca pencapresan Joko Widodo, rupiah semakin menguat. Secara logika bahkan secara teori ekonomi pun, hal ini tidak masuk akal karena tidak akan ada kausalitas antara pencapresan dengan rupiah dan hanya dilebih-lebihkan saja oleh metro tv selaku pendukung Joko Widodo.
          Pemilu presiden harus kita tanggapi dengan penuh keseriusan. Kesalahan dalam memilih calon dapat berakibat fatal bagi negeri ini hingga 5 tahun lamanya. Semakin mendekati pemilihan calon presiden, media pendukung Jokowi(Metro TV & RCTI) tiada hentinya memberitakan tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Prabowo. Tapi apakah benar Prabowo adalah dalang di balik peristiwa Mei 98? Kenapa baru akhir-akhir ini berita tersebut? Ketika Prabowo menjadi cawapres dari Megawati tidak ada berita tentang hal ini sedikitpun. Ini adalah murni kepentingan politik. Terlalu panjang apabila harus dijelaskan dalam tulisan sederhana ini. Sudah menumpuk berbagai macam buku, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang membuktikan Prabowo bukanlah dalang dari peristiwa tersebut melainkan Wiranto lah dalang dari peristiwa Mei 98. Sebaiknya umat Islam tidak gampang terprovokasi tentang gencarnya pemberitaan yang menyudutkan Prabowo. Bagaimanapun ada peran besar Prabowo saat militer Indonesia cenderung anti-Islam. Prabowo adalah prajurit yang secara terbuka berani berhadapan dengan faksi militer yang fasis dan anti Islam, di saat pasukan Benny Moerdani tengah kuat-kuatnya.
          Siapa Jokowi sebenarnya? Selama ini rakyat mengenalnya sebagai salah satu dari 3 walikota terbaik dunia. Tapi apakah anda tahu bahwa ini hanyalah rencana panjang dari Amerika melalui Stan Greenberg? Dia adalah ahli polling Amerika Serikat dan konsultan politik ternama dunia. Bagaimana bisa seorang Walikota Solo tiba-tiba terkenal di seluruh dunia jika tanpa ada Ahli Pencitraan Dunia yg terlibat? Sementara Gubernur berprestasi saja seperti Awang Faruq atau Ali Sadikin tak pernah mendunia. Stan Greenberg menjadi Ketua Tim Pencitraan Jokowi atas permintaan James Riady(pimpinan etnis Tionghoa & Kristen Presbyterian). Semua pemberitaan positif tentang Jokowi di dalam dan luar negeri dan penilaian-penilaian lembaga survey tentang elektabilitas Jokowi adalah karya Greenberg. Rencana panjang ini semakin terlihat ketika menteri luar negeri datang ke Indonesia pasca ditetapkannya Jokowi sebagai capres oleh PDI-P. Dia mendukung sepenuhnya pencapresan Jokowi dan mengatakan bahwa dia tidak mau mendukung capres yang melanggar HAM (padahal belum terbukti). Lebih mengejutkan lagi 7 dubes dan 7 konglomerat Tionghoa ikut juga mendukung Jokowi yang tentunya mereka semua mempunyai tujuan yang buruk untuk NKRI. Apabila melihat fenomena seperti ini, penulis teringat dengan apa yang dikatakan oleh Soekarno dalam pidatonya “Ingatlah... ingat pesanku lagi... jika kau mencari pemimpin, carilah pemimpin yang dibenci, ditakuti atau dicaci maki oleh asing, karena itu yang benar. Pemimpin tersebut akan membelamu diatas kepentingan asing itu. Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuji asing, karena ia akan memperdayaimu.”
          Pada tanggal 23 Maret 2014, Jusuf Kalla(saat ini menjadi cawapres Jokowi) pernah mengatakan kepada salah satu media tentang Jokowi "Jangan berpikir dulu jadi presiden. Karena masyarakat mendukung itu baru dalam tahap harapan, nah harapannya itu harus dibuktikan. Macet masih macet, banjir masih banjir, kumuh masih. Belum ada buktinya sukses”. apakah semua masyarakat ingat kata-kata ini sekarang? Atau mungkin sudah teracuni oleh penyakit PDIP (Penurunan Daya Ingat & Pendengaran). Begitu ironis ketika calon pemimpin yang seperti ini kita pilih. Koalisi partai pendukung Jokowi adalah penghianat. PKB menghianati Rhoma Irama yang pada awalnya berjanji akan selalu mendengarkan nasehat dari Rhoma. Surya Paloh pernah berjanji bahwa Nasdem tidak akan jadi partai. Wiranto juga menghianati rakyat sebagai penanggungjawab utama peristiwa Mei 98 karena pada saat itu dialah menhankam. Jokowi sendiri telah menghianati warga Jakarta padahal dalam salah satu janji politiknya pada saat pelantikan, dia mengatakan tidak akan menjadi kutu loncat dalam pencapresan 2014 dan siap mengabdi selama 5 tahun di DKI dalam keadaan apapun, lebih parahnya lagi dia menjadikan JK sebagai wapresnya tidak lain bertujuan memecahkan suara umat muslim karena JK memiliki islamic credential yang tinggi yaitu HMI(Himpunan Mahasiswa Islam). Selanjutnya, apakah anda kenal Hendropriyono? Dia akan dijadikan sebagai menkopolhukam yang berhak atas keputusan hukum, politik dan keamanan. Dia juga membina JIL(Jaringan Islam Liberal). Apabila ini terjadi maka telah jelas akibatnya Jaringan Islam Liberal, Syiah, Ahmadiyah dan sepilis lainnya akan makin berani menginjak ajaran Islam termasuk kita sebagai penganutnya. Hal ini sudah terbukti pada tanggal 9 September 2001 di Amerika, kepala BIN pada waktu itu adalah dirinya dan hari itu juga mulailah dicanangkan perang kepada kaum Islamis atas nama perang terorisme.
          Kehancuran Islam akan semakin sempurna nantinya. Pihak PDI-P secara tegas telah mencanangkan bahwa Jalaluddin Rakhmat akan menjadi menteri agama apabila Jokowi menjad presiden. Anda tahu siapa Jalaluddin Rakhmat? Dia adalah pimpinan dari Ahlul Bait yang murni mengajarkan Syiah. Apakah anda mau peristiwa di tanah Suriah terjadi juga di Indonesia? Umat muslim dibantai secara membabi buta oleh kaum Syiah. Selain hal tersebut, tentunya sudah diketahui bersama jika Jokowi menjadi presiden, maka dia menyerahkan jabatan Gubernur kepada Basuki(Ahok). Saudaraku, alangkah pahit dan menyedihkan apabila negara mayoritas muslim terbesar di dunia, ibukotanya dipimpin oleh orang non-muslim. Sepertinya ini akan menjadi pukulan telak untuk saudara kita di Tanah Palestina, Suriah dan Mesir yang menaruh harapan besar kepada umat muslim di Indonesia untuk bangkit dalam kemunduran umat muslim ini. Meskipun Prabowo bukanlah yang sempurna, tapi setidaknya dialah satu-satunya pilihan demi keselamatan umat muslim di Indonesia, negeri kita tercinta. Dia satu-satunya calon presiden yang berani membenci asing yang sampai saat ini masih menjajah kita dalam segala aspek terutama aspek ekonomi. Freeport 99% murni dikuasai asing, migas yang dalam perhitungan dapat menghasilkan 5 juta/kepala keluarga per tahun se-Indonesia juga tak luput dari asing, sumber daya laut diperkirakan memiliki penghasilan hingga 1.456 triliun tapi kini rakyat tak merasakannya. Ini bukan kampanye saudaraku, ini murni kepentingan dakwah demi agama dan sang saka merah putih. Di saat Muhammadiyah, Salafi, Persis, Wahdah, Jama’ah Tabligh, mayoritas NU dan ratusan pesantren telah berada dalam satu langkah untuk menyelamatkan umat muslim di tanah air tercinta, mengapa kita masih terdiam menutup mata tak mau melihat kenyataan kemunduran umat muslim dan menutup telinga tak mau mendengar keterbelakangan umat? Sadarilah negara kita layaknya diambang pintu kehancuran, sadarilah negeri kita krisis dalam segala hal. Tentunya jika Islam berkuasa tidak akan terjadi hal seperti ini tapi jangan berfikir untuk tetap golput dengan alasan percuma atau alasan konyol lainnya yang kemudian menggiring kita menjadi insan yang hanya mampu mengkritik pemimpin tanpa ada kepastian solusi malah semakin memperburuk keadaan ummat. Jadilah pemain bukan penonton yang kritis tapi tidak solutif dan no action. Sikap fatal tersebut haruslah segera disadari oleh kita yang masih tak mau peduli terhadap kemajuan negeri dan agama. Mari peduli terhadap agama & negara kita!!!!

          Terakhir, tulisan diatas bukanlah fiktif belaka yang dikarang untuk membodohi ummat, ini merupakan jembatan penyelamatan Islam kedepannya dan ini tidak lain untuk kita semua selaku rakyat dalam naungan bumi pertiwi. Selain itu, tulisan ini menggunakan asas fikriyah dalam kaidah fiqh yang berdasarkan pada apa yang telah dijelaskan dalam kitab Riyadhus Shalihin, bab ghibah, imam An-Nawawi menyebutkan kriteria ghibah yang dibolehkan, salah satunya yaitu "Mengingatkan kaum muslimin dari suatu keburukan dan memberikan nasehat kepada mereka (agar tidak terjerumus pada  keburukan       tersebut)"
Wallahua’lam...
                                                                                                                       
#Akh Dj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar